Setiap orang dalam kehidupan pastinya memiliki impian, berbagai hal ingin diraih dan untuk mencapai hal yang diinginkan, kita perlu berusaha dan berupaya mewujudkannya. Salah satu upaya yang kita lakukan dengan bekerja, menyisihkan rupiah demi rupiah dari penghasilan untuk memiluki barang atau jasa yang diinginkan.
Ternyata ada cara lain yang mungkin saja menjadi cara mewujudkan impian kita dengan menabung seperti pengalaman yang dialami oleh seseorang bernama Anggi Saputra. Seseorang yang bisa mewujudkan impiannya untuk segera menikah dan melanjutkan pendidikan karena menabung di tempat yang tepat, seperti Sobatku.
Menabung di Sobatku menjadi jalan dan cara bagi mas Anggi Saputra untuk mewujudkan impiannya. Sobatku merupakan produk tabungan berbasis teknologi dari KSP Sahabat Mitra Sejati yang didukung oleh Bank Sampoerna. Sobatku memberikan kemudahan melakukan setoran tabungan melalui Alfamart dan Alfamidi di seluruh Indonesia, gerai minimarket yang seringkali kita temui di sekitar kita. Sebagai bentuk apresiasi pada pengguna Sobatku, KSP Mitra Sejati menghadirkan program undian dengan hadiah grandprize 100 juta. Caranya pun cukup mudah dengan sering bertransaksi dan meningkatkan saldo, sehingga meningkatkan jumlah poin undian dan memiliki kesempatan yanng lebih besar untuk menang.
Pada hari Jumat, 19 Januari 2018 di lobi Gedung Sampoerna Strategic Square Jakarta. Saya cukup senang bisa berkesempatan melihat secara langsung pengundian Grand Prize Sobatku sebesar 100 juta. Berlangsung mulai pukul 16.00 area lobi sudah ramai pengguna Sobatku yang hadir, menantikan pemenangg hadiah Grand Prize sebesar 100 juta. Turut hadir juga Sekretaris Kementerian Koperasi dan UKM, pak Agus Muharram yang mengapresiasi program apresiasi dari KSP Mitra Sejati. Selain itu juga Sobatku disebut sebagai produk inovatif KSP berbasis teknologi yang memberikan kemudahan dalam menabung.
Pak Ceppy Maulana, Ketua KSP Sahabat Mitra Sejati menyampaikan bahwa siapapun bisa berkesempatan untuk memenangkan hadiah setiap bulan juga. Setiap tiga bulan hadiah Grand Prize 100 juta dan banyak hadiah lainnua yang akan diundi, bahkan pada periode pengundian Grand Prize selanjutnya pada bulan April ada hadiah tambahan umrah untuk sekeluarga. Menabung bisa menjadi cara mewujudkan impian jadi kenyataan, apalagi dengan adanya hadiah tambahan semakin membuat semangat untuk menabung.
Pada awal pengundian dilakukan penarikan untuk hadiah sebesar 10 juta, hadiah awalnya sudah lumayan dan pengguna Sobatku yang beruntung bernama Sutedi. Membayangkan jika saya mendapatkan kesempatan untuk mendapatkan hadiah, saya pun bisa mewujudkan impian saya.
Semua Bisa Nabung, Semua Bisa Menang ungkapan yang tepat ditujukan pada Sobatku, saat ini sudah memiliki 20.000 pengguna. Setiap orang bermodalkan jempol bisa mendapatkan kemudahan menabung, bertransaksi, dan bonus hadiah sepanjang tahun. Cukup mendownload aplikasi Sobatku di smartphone (baik Google Play atau App Store), lakukan pengisian beberapa data, data akan diverifikasi, dan kita sudah bisa mulai menabung.
Tibalah saat yang saatnya mengundi hadiah lainnya, tak langsung 100 juta dimulai dari 1 juta, 5 juta, 10 juta dahulu. Ada sebelas pemenang hadiah 1 juta, tiga pemenang hadiah 5 juta, dan satu orang pemenang 10 juta. Tibalah saat yang dinantikan, pemenang hadiah Grand Prize sebesar 100 juta jatuh pada pengguna Sobatku dengan nama Radot Kornelius.
Selamat kepada mas Radot, pastiya banyak impian yang bisa diwujudkan dengan hadiah itu. Mari, jadi bagian pengguna Sobatku dan raih hadiah-hadiah dengan menambah saldo yang memiliki poin-poin yang didapatkan: saldo rata-rata < 500.000 (50.000=10 poin), 500.000-10.000.000 (50.000= 30 poin), dan >10 juta (50.000= 40 poin). Semakin dekat dengan kesempatan memenangkan hadiah dengan saldo yang dimiliki. Informasi selengkapnya juga bisa diakses melalui website Sobatku.
Rabu, 24 Januari 2018
Senin, 22 Januari 2018
Catatan Perjalanan Menggunakan Kartu OK Otrip
One Karcis One Trip (OK Otrip) adalah program dari Pemprov DKI Jakarta yang sudah mulai berjalan sejak 22 Desember 2017 untuk menekan biaya pengeluaran transportasi. Pada tahapan awal dilakukan pada layanan Bus Tranjakarta dikenakan tarif Rp5.000 dalam jarak waktu antara tap in pertama hingga tap in terakhir selama 3 jam. Namun, selama dalam masa ujicoba yang berlangsung selama tiga bulan saya hanya dikenakan tarif maksimal Rp3.500 sebagai tarif promosi.
Proses tap in sistem OK Otrip menggunakan kartu khusus yang bisa didapatkan di halte Transjakarta. Sayapun penasaran untuk mencoba sendiri perjalanan menggunakan kartu OK Otrip, sayapun membeli kartu OK Otrip di Halte Dukuh Atas 2 dengan harga Rp40.000 dengan isi saldo sebesar Rp20.000. Dalam penyediaan kartu Ok Otrip Pemprov DKI Jakarta masih bekerjasama dengan bank. Kartu kartu OK Otrip yang saya miliki, pada bagian belakang terdapat logo Tapcash yang dikeluarkan Bank BNI.
Saya pun mencoba menggunakan pertama kali pada Rabu, 27 Desember 2017 dalam keadaan kendaraan di Jakarta masih agak lengang. Pada pukul 11.50 saya melakukan tap in Halte Dukuh Atas 2 dikenakan Rp3.500, lalu saya turun di Halte Karet Kuningan pada 12.10 untuk suatu keperluan. Pada pukul 14.30 saya kembali melakukan tap in di Halte Karet Kuningan dan dikenakan Rp0 sesuai dengan sistem OK Otrip yang berjalan. Pada rangkaian perjalanan ini seharusnya saya membayar Rp7.000 dengan kartu OK Otrip hanya dikenakan Rp 3.500.
Kedua kalinya saya menggunakan kartu Ok Otrip pada Sabtu, 30 Desember 2017 pada pukul 17.20 di Halte JIExpo Kemayoran (PRJ) saya melakukan gate in dikenakan Rp3.500 dan tap out tiba di Halte Dukuh Atas 1 pada pukul 18.30 untuk ke toilet. Pukul 18.35 saya kembali tap in di Halte Dukuh Atas 1 dinakan Rp0 kemudian menggunakan jembatan menuju Halte Dukuh Atas 2, sampailah saya tap out Halte Departemen Kesehatan pukul 18.50. Pada pukul 19.30 saya kembali melakukan tap in dikenakan Rp 0 saja. Pada rangkaian perjalanan ini seharusnya saya membayar Rp10.500 dengan kartu OK Otrip hanya dikenakan Rp 3.500.
Namun, saya pun punya pengalaman dua kali menggunakan kartu OK Otrip. Salah satunya pada hari kerja normal pada Kamis, 18 Januari 2018 dalam keadaan cuaca yang hujan cukup deras membuat perjalanan lebih lama. Pada pukul 11.39 saya Tap Out di Halte Dukuh Atas 1 melakukan perjalanan, pada pukul 12.30 saya baru sampai di Halte Blok M, menyelesaikan beberapa keperluan di daerah Blok M dan kembali tap in lagi si Halte Blok M pada 14.54. Pada perjalanan ini karena jarak tap in pertama dan selanjutnya lebih dari 3 jam, maka saya dikenakan tarif normal Rp 7.000 untuk dua kali perjalanan.
Untuk pengisian saldo kartu OK Otrip bisa dilakukan di halte Transjakarta terdekat secara tunai (dikenakan biaya 1.500), secara non tunai (saat ini dengan kartu ATM/Debit BNI), dan ATM yang menyediakan layanan isi ulang. Saya sendiri sudah mencoba mengisi saldo kartu OK Otrip di ATM BNI yang menyediakan layanan isi saldo Tapcash.
Mungkin seiring berjalannya waktu, kartu bank lainnya juga akan tersedia untuk memudahkan pilihan bagi pengguna. Demikianlah pengalaman saya secara pribadi untuk sementara waktu menggunakan kartu OK Otrip, ada yang punya pengalaman lain menggunakan kartu OK Otrip juga? Mari, berbagi cerita!
Proses tap in sistem OK Otrip menggunakan kartu khusus yang bisa didapatkan di halte Transjakarta. Sayapun penasaran untuk mencoba sendiri perjalanan menggunakan kartu OK Otrip, sayapun membeli kartu OK Otrip di Halte Dukuh Atas 2 dengan harga Rp40.000 dengan isi saldo sebesar Rp20.000. Dalam penyediaan kartu Ok Otrip Pemprov DKI Jakarta masih bekerjasama dengan bank. Kartu kartu OK Otrip yang saya miliki, pada bagian belakang terdapat logo Tapcash yang dikeluarkan Bank BNI.
Saya pun mencoba menggunakan pertama kali pada Rabu, 27 Desember 2017 dalam keadaan kendaraan di Jakarta masih agak lengang. Pada pukul 11.50 saya melakukan tap in Halte Dukuh Atas 2 dikenakan Rp3.500, lalu saya turun di Halte Karet Kuningan pada 12.10 untuk suatu keperluan. Pada pukul 14.30 saya kembali melakukan tap in di Halte Karet Kuningan dan dikenakan Rp0 sesuai dengan sistem OK Otrip yang berjalan. Pada rangkaian perjalanan ini seharusnya saya membayar Rp7.000 dengan kartu OK Otrip hanya dikenakan Rp 3.500.
Kedua kalinya saya menggunakan kartu Ok Otrip pada Sabtu, 30 Desember 2017 pada pukul 17.20 di Halte JIExpo Kemayoran (PRJ) saya melakukan gate in dikenakan Rp3.500 dan tap out tiba di Halte Dukuh Atas 1 pada pukul 18.30 untuk ke toilet. Pukul 18.35 saya kembali tap in di Halte Dukuh Atas 1 dinakan Rp0 kemudian menggunakan jembatan menuju Halte Dukuh Atas 2, sampailah saya tap out Halte Departemen Kesehatan pukul 18.50. Pada pukul 19.30 saya kembali melakukan tap in dikenakan Rp 0 saja. Pada rangkaian perjalanan ini seharusnya saya membayar Rp10.500 dengan kartu OK Otrip hanya dikenakan Rp 3.500.
Namun, saya pun punya pengalaman dua kali menggunakan kartu OK Otrip. Salah satunya pada hari kerja normal pada Kamis, 18 Januari 2018 dalam keadaan cuaca yang hujan cukup deras membuat perjalanan lebih lama. Pada pukul 11.39 saya Tap Out di Halte Dukuh Atas 1 melakukan perjalanan, pada pukul 12.30 saya baru sampai di Halte Blok M, menyelesaikan beberapa keperluan di daerah Blok M dan kembali tap in lagi si Halte Blok M pada 14.54. Pada perjalanan ini karena jarak tap in pertama dan selanjutnya lebih dari 3 jam, maka saya dikenakan tarif normal Rp 7.000 untuk dua kali perjalanan.
Untuk pengisian saldo kartu OK Otrip bisa dilakukan di halte Transjakarta terdekat secara tunai (dikenakan biaya 1.500), secara non tunai (saat ini dengan kartu ATM/Debit BNI), dan ATM yang menyediakan layanan isi ulang. Saya sendiri sudah mencoba mengisi saldo kartu OK Otrip di ATM BNI yang menyediakan layanan isi saldo Tapcash.
Mungkin seiring berjalannya waktu, kartu bank lainnya juga akan tersedia untuk memudahkan pilihan bagi pengguna. Demikianlah pengalaman saya secara pribadi untuk sementara waktu menggunakan kartu OK Otrip, ada yang punya pengalaman lain menggunakan kartu OK Otrip juga? Mari, berbagi cerita!
Sabtu, 20 Januari 2018
Menyaksikan Dimulainya Kompetisi e-Sport Bergensi: Grand Final APAC Predator League 2018
Bermain game menjadi kegiatan yang kota lakukan saat sejenak bersantai, banyak pilihan game yang bisa dimainkan, tentunya bagi para gamers tak asing dengan game Dota 2. Lewat Predator League 2018, ajang kompetisi e-Sports yang diselenggarakan oleh Acer mengusung game Dota 2 sebagai game pilihan. Di wilayah Asia Pasifik, Predator League 2018 merupakan kompetisi eSports bergensi yang dikenal dengan APAC Predator League 2018. Indonesia mendapatkan kehormatan sebagai tuan rumah APAC Predator League 2018.
Secara resmi dimulai pada 19 Januari 2018 di Jakarta, berlangsung acara Kick Off Grand Final Predator League 2018. Turut hadir Andrew Hou, President Acer Pan Asia Pacifik yang menyampaikan dukungan Acer pada kompetisi APAC Predator League 2018 sebagai komitmen menciptakan ekosistem e-Sport di kawasan Asia Pasifik. Dengan total hadia sebesar USD 150.000, antar tim akan bersaing memperebutkan hadiah utama dan tropi berupa Predator Shield.
Presiden Direktur Acer Indonesia turut mengucapkan selamat dan mememberikan dukungan kepada delapan tim yang akan bertanding di babak grand final yang berlangsung pada 19-21 Januari 2018: Boom.ID (Indonesia), Signify (India), Geek Fam (Malaysia), Alpha Red (Thailand), Azure eSport (Hongkong), Ten Twenty (Singapura), Quid Pro Quo (Filipina), dan We Say No! (Sri Lanka).
Ajang bergensi APAC Predator League turut mendapatkan dukungan dari pemerintah, melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Hadir juga pak Hendra Noer selaku Asisten Deputi Pengelola Olahraga Rekreasi Kemenpora yang menyampaikan bahwa, "Pemerintah mengapresiasi dan mendukung penuhkompetisi yang dilakukan Acer di industri gaming. Ke depannya Kemenpora akan mengadakan kejuaraan nasional game eSport". (Sayapun turut senang kegiatan game yang didukung oleh Acer mendapatkan dukungan pemerintah)
Bagi para pengunjung yang hadir untuk menyasikan kompetisi, juga bisa menikmati berbagai permainan interaktif dengan teknologi terbaru dari Acer. Seperti telnologi Virtual Reality (VR) dan mengendarai Predator War Truck. Ada juga face painting gratis dengan logo Predator, Predatoral League, dan bendera Indonesia. Kompetisi APAC Predator League 2018 juga didukung jaringan internet CBN, jika mampir ke booth CBM pengujung bisa mendapatkan berbagai promosi dan hadiah langsung yang menarik (seperti free hadiah speaker JBL jika belangganan internet CBN Fiber).
Secara resmi dimulai pada 19 Januari 2018 di Jakarta, berlangsung acara Kick Off Grand Final Predator League 2018. Turut hadir Andrew Hou, President Acer Pan Asia Pacifik yang menyampaikan dukungan Acer pada kompetisi APAC Predator League 2018 sebagai komitmen menciptakan ekosistem e-Sport di kawasan Asia Pasifik. Dengan total hadia sebesar USD 150.000, antar tim akan bersaing memperebutkan hadiah utama dan tropi berupa Predator Shield.
Presiden Direktur Acer Indonesia turut mengucapkan selamat dan mememberikan dukungan kepada delapan tim yang akan bertanding di babak grand final yang berlangsung pada 19-21 Januari 2018: Boom.ID (Indonesia), Signify (India), Geek Fam (Malaysia), Alpha Red (Thailand), Azure eSport (Hongkong), Ten Twenty (Singapura), Quid Pro Quo (Filipina), dan We Say No! (Sri Lanka).
Ajang bergensi APAC Predator League turut mendapatkan dukungan dari pemerintah, melalui Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Hadir juga pak Hendra Noer selaku Asisten Deputi Pengelola Olahraga Rekreasi Kemenpora yang menyampaikan bahwa, "Pemerintah mengapresiasi dan mendukung penuhkompetisi yang dilakukan Acer di industri gaming. Ke depannya Kemenpora akan mengadakan kejuaraan nasional game eSport". (Sayapun turut senang kegiatan game yang didukung oleh Acer mendapatkan dukungan pemerintah)
Bagi para pengunjung yang hadir untuk menyasikan kompetisi, juga bisa menikmati berbagai permainan interaktif dengan teknologi terbaru dari Acer. Seperti telnologi Virtual Reality (VR) dan mengendarai Predator War Truck. Ada juga face painting gratis dengan logo Predator, Predatoral League, dan bendera Indonesia. Kompetisi APAC Predator League 2018 juga didukung jaringan internet CBN, jika mampir ke booth CBM pengujung bisa mendapatkan berbagai promosi dan hadiah langsung yang menarik (seperti free hadiah speaker JBL jika belangganan internet CBN Fiber).
Kamis, 11 Januari 2018
Mengunjungi Museum Tersembunyi di Kota Tua Jakarta: Museum BNI
Banyak museum bisa dengan mudahnya ditemui di Jakarta, khususnya di daerah Kota Tua Jakarta Barat. Tentu kita cukup akrab dengan dia museum bank di daerah Kota Tua, tetapi perkiraan saya salah karena masih ada satu museum bernama Museum BNI yang berada di dalam Gedung BNI Jakarta Kota, Jalan Lada No.1. Museum BNI letaknya agak tersembunyi sehingga keberadaannya tak banyak diketahui orang. Untuk mengunjungi Museum BNI tak mudah, karena hanya dibuka pada momen dan acara tertentu.
Saya jadi penasaran bagaimana proses pencetakan uang zaman dahulu, syukurlah berkesempatan memasuki Museum BNI pada suatu acara tampak pada bagian depan menuju Museum BNI terdapat dua patung di antara prasasti peresmian Museum BNI yang tertulis tanggal 5 Juli 1980 oleh Somala Wiria, Direktur Utama BNI 46 pada zaman itu. Menuju pintu masuk Museum BNI kita akan menemukan dua patung lagi, satu di bagian kiri dan satu di kanan pintu.
Bank Negara Indonesia (BNI) berdiri pada tahun 5 Juni 1946 oleh R.M. Margono Djojohadikusomo sebagai bank pertama yang dimiliki oleh Indonesia. BNI saat itu bertugas sebagai bank sentral, mencetak dan mengedarkan Oeang Republik Indonesia (ORI). ORI yang pertama kali dikeluarkan pada 30 Oktober 1946 sebagai pengganti mata uang Belanda yang ditarik. Hal ini sebagai penanda kedaulatan Indonesia secara moneter.
Saat memasuki Museum BNI tampak beberapa benda, foto, dan dokumen sepanjanh sejarah berdirinya dan beroperasinya Bank BNI. Saat masuk pandangan saya tertuju pada sebuah lemari besi anti api yang digunakan menyimpan uang, emas, dan surat berharga pada masa perjuangan. Ternyata lemari tersebut berasal dari BNI cabang Garut.
Lalu saya pun melihat mesin cetak Oeang Repoeblik Indonesia Daerah Aceh (ORIDA) yang berasal dari BNI Kutaraja, Aceh pada tahun 1948. Proses mencetak uang zaman dahulu masih cukup sederhana dan dikerjakan dengan alat cetak dan potong yang cukup besar.
Terdapat juga miniatur proses pencetakan dan distribusi uang zaman dahulu ke seluruh negeri. Untuk keperluan administrasi perbankan zaman dahulu, BNI sudah menggunakan mesin tik, mesin hitung uang, dan mesin telex.
Di sudut-sudut ruangan terpajang foto-foto bersejarah pendirian BNI, logo BNI dari masa ke masa, foto pendiri BNI, foto-foto direktur utama BNI yang pernah menjabat. Terpampang juga plakat, miniatur, dan buku catatan sejarah BNI di dalam lemari kaca yang berada di tengah ruangan museum.
Masih banyak benda bersejarah yang ada di dalam Museum BNI, pada lain kesempatan mungkin akan dibahas lebih detail. Bagaimana pendapatmu tentang Museum BNI, berminat berkunjung jika museum sedang dibuka?
Saya jadi penasaran bagaimana proses pencetakan uang zaman dahulu, syukurlah berkesempatan memasuki Museum BNI pada suatu acara tampak pada bagian depan menuju Museum BNI terdapat dua patung di antara prasasti peresmian Museum BNI yang tertulis tanggal 5 Juli 1980 oleh Somala Wiria, Direktur Utama BNI 46 pada zaman itu. Menuju pintu masuk Museum BNI kita akan menemukan dua patung lagi, satu di bagian kiri dan satu di kanan pintu.
Bank Negara Indonesia (BNI) berdiri pada tahun 5 Juni 1946 oleh R.M. Margono Djojohadikusomo sebagai bank pertama yang dimiliki oleh Indonesia. BNI saat itu bertugas sebagai bank sentral, mencetak dan mengedarkan Oeang Republik Indonesia (ORI). ORI yang pertama kali dikeluarkan pada 30 Oktober 1946 sebagai pengganti mata uang Belanda yang ditarik. Hal ini sebagai penanda kedaulatan Indonesia secara moneter.
Saat memasuki Museum BNI tampak beberapa benda, foto, dan dokumen sepanjanh sejarah berdirinya dan beroperasinya Bank BNI. Saat masuk pandangan saya tertuju pada sebuah lemari besi anti api yang digunakan menyimpan uang, emas, dan surat berharga pada masa perjuangan. Ternyata lemari tersebut berasal dari BNI cabang Garut.
Lalu saya pun melihat mesin cetak Oeang Repoeblik Indonesia Daerah Aceh (ORIDA) yang berasal dari BNI Kutaraja, Aceh pada tahun 1948. Proses mencetak uang zaman dahulu masih cukup sederhana dan dikerjakan dengan alat cetak dan potong yang cukup besar.
Terdapat juga miniatur proses pencetakan dan distribusi uang zaman dahulu ke seluruh negeri. Untuk keperluan administrasi perbankan zaman dahulu, BNI sudah menggunakan mesin tik, mesin hitung uang, dan mesin telex.
Di sudut-sudut ruangan terpajang foto-foto bersejarah pendirian BNI, logo BNI dari masa ke masa, foto pendiri BNI, foto-foto direktur utama BNI yang pernah menjabat. Terpampang juga plakat, miniatur, dan buku catatan sejarah BNI di dalam lemari kaca yang berada di tengah ruangan museum.
Masih banyak benda bersejarah yang ada di dalam Museum BNI, pada lain kesempatan mungkin akan dibahas lebih detail. Bagaimana pendapatmu tentang Museum BNI, berminat berkunjung jika museum sedang dibuka?
Langganan:
Postingan (Atom)
Pakaian Menawan Ramah Lingkungan, Cerita Batik Ecoprint KBA Pekayon
Langkah kecil yang kita lakukan, sedikit banyak akan berdampak pada lingkungan. Kain dari bahan pakaian yang dikenakan saat ini, mungkin mel...
-
Proses transfer berbeda bank berapa lama ya? Pertanyaan yang kerap kali ditanyakan kepada saya. Terlebih bagi freelancer termasuk saya, mome...
-
Memiliki rekening bank dengan berbagai tujuan untuk penerimaan gaji, menabung, investasi dan lainnya. Dengan memiliki rekening kita dapat me...
-
Tahapan dan Tahapan BCA keduanya produk rekening Tabungan BCA. Namun apa saja perbedaan antara Tahapan dan Tahapan Expresi? Setelah saya men...